Monday, February 16, 2009

Seni Bongkar-Pasang pada Sebuah Ruang Pamer

Untuk menikmati koleksi benda-benda seni, terkadang kita perlu terbang ke suatu negara tertentu. Misalnya, untuk menikmati karya Jeff Koons kita harus pergi ke Museum Guggenheim Bilbao di Spanyol. Atau koleksi karya seni kontemporer milik Tate Modern Museum di London, Inggris. Berbeda dengan keadaan di atas, hasil kolaborasi antara arsitek Inggris kelahiran Bagdad, Zaha Hadid, dengan rumah mode Chanel, mencoba menghadirkan sebuah ruang pamer non-permanen yang memiliki mobilitas. Dalam makna global, obyek-obyek seni beserta wadahnya yang bepergian dari satu negara ke negara lainnya. Bukan manusianya yang mendatangi negara dimana museum itu berada.
Chanel Mobile Art, begitulah namanya. Ruang pamer ini akan berpindah-pindah tempat mulai tahun 2008 ini hingga 2010. Beruntunglah enam kota pusat mode dari enam negara yang disinggahinya, yaitu Hong Kong (Februari-April 2008), Tokyo (Mei-Juli 2008), New York (Oktober-November 2008), London (Mei 2009), Moskow (Oktober 2009), dan Paris (Januari-Februari 2010). Seperti halnya Museum Guggenheim di Bilbao, obyek pameran bukan hanya yang berada di dalam bangunan, tetapi bangunannya itu sendiri juga merupakan obyek seni yang layak diberi apresiasi. Arsitektur dan seni memang merupakan dua kata yang saling terkait. Bangunan non-permanen yang oleh Zaha Hadid disebut sebagai paviliun, merupakan obyek pameran yang nampaknya paling menarik minat pengunjung.


Dari atas ketinggian, paviliun ini terlihat seperti sebuah pesawat ruang angkasa. Bentuk yang membulat tak bersudut lancip dengan permukaan warna putih mengilat. Bagian atap paviliun memiliki rangka yang mekanik. Tujuannya untuk mengatur bentuk atap agar suhu dalam ruangan terkontrol, sebagai respon terhadap iklim dimana paviliun ini berada. Bagian tengah atap terdapat permukaan transparan sebagai skylight. Bentuknya mirip kelopak bunga tak beraturan. Skylight menerangi aula seluas 65 m2 di bawahnya. Paviliun ini tampak melayang karena terdapat celah antara landasan dan dinding eksterior yang melengkung. Pada celah tersebut ditempatkan hidden light yang menyala dikala malam tiba.


“The form is like a loop,” begitu yang dikatakan Hadid tentang bentuk arsitektur paviliunnya. Struktur ruang pamer ini merupakan repetisi bentuk lengkung, mirip tulang rusuk. Setiap elemen paviliun ukurannya tidak lebih dari 2,25m. Bentuk-bentuk yang rumit dan spesial dibuat tidak lebih tebal dari 3cm dan maksimum lebarnya 2,25m. Semua sistem strukturnya dapat dibongkar-pasang dan terdiri dari potongan-potongan tersistematis sehingga memudahkan pengemasan dan transportasi.


Rangka paviliun ditutup dengan sistem cladding dari panel-panel putih mengkilap dalam sistem modular sistematis. Bentuk yang berlapis-lapis dan bermodul ini menurut Hadid, terinspirasi dari tas quilted Chanel yang diluncurkan tahun 1955 dan kemudian menjadi populer hingga saat ini. Rangka dan panel dibuat sangat praktis, teratur, dan terukur. Untuk memasang struktur, diperlukan waktu sekitar 3-4 minggu lamanya. Sementara hanya diperlukan waktu 2 minggu untuk membongkar. Keseluruhan elemen bangunan itu terbagi dalam 700 komponen dengan total berat mencapai 180 ton. Lebar keseluruhan paviliun 29m dan panjang total 45m.


Untuk menuju pintu masuk atau pintu keluar paviliun, kita akan melewati sebuah teras yang luasnya 128m2. Ruang transisi inilah yang membagi dua massanya yaitu massa utama berbentuk oval dan massa yang lebih kecil berbentuk lengkung seperti tanda koma. Massa yang lebih kecil ini dipakai sebagai loket. Massa bangunan tampak begitu rendah dibanding bangunan-bangunan disekelilingnya. Tingginya hanya mencapai 6 meter, dengan lantai bangunan yang dinaikkan setinggi 1m. Walaupun rendah, namun paviliun ini tampak kontras dalam lingkungannya. Karena itu pemilihan lokasi menjadi hal yang penting. Lokasi paviliun selalu dipilih di ruang terbuka, seperti bekas tempat parkir di Hong Kong, Yoyogi Olympic Plaza di Tokyo, atau Central Park di New York. Ruang publik terbuka di tengah kota tersebut sangat mendukung bentuk massa yang begitu membumi ini.

Chanel Mobile Art menjadi terobosan baru sebuah ruang pamer yang sangat fungsional, praktis, elegan, dan dinamis. Bentuknya yang organik terasa begitu mengalir, luwes, dan bergerak. Bentuk massa oval tak simetris ini seolah-olah bergerak dan mengalir tanpa henti dari sudut ke sudut. Konsep bergerak dan mengalir juga diterapkan dalam layout ruang. Pintu masuk dan pintu keluarnya berada pada satu zona berdekatan, sehingga pengunjung di dalam ruang pamer akan diajak untuk bergerak berputar mengelilingi massa utamanya. Berpindah dari satu instalasi seni ke instalasi lainnya dan berakhir di aula tepat di bawah skylight. Setiap pengunjung dibekali sebuah alat audio tour untuk memandu penjelajahan obyek-obyek pameran. Sekitar 20 seniman kontemporer internasional ikut berpartisipasi dalam Chanel Mobile Art ini. Tak ketinggalan Zaha Hadid, yang berhasil menyuguhkan arsitektur sebagai sebuah karya seni bangunan kontemporer abad 21. (dwi.R)
Foto: Dwi.R