Monday, February 25, 2008

Delicious Baso from Jalan C Kebon Jeruk



Apa sih yang kita cari dalam hidup?? salah satunya tentu kenikmatan...
Kenikmatan kecil berhasil saya dapatkan saat melancong ke jalan C di Kebon Jeruk.. Dari seorang rekan yang senang bakmi saya dapatkan info bahwa disana ada bakso yang sambalnya macam-macam dan rasanya lezat.

Tak salah lagi informasi yang saya terima. Tempatnya berada di rumah (baru pindah ke rumah ini setelah sebelumnya berjualan di sisi jalan--kakilima--),banyak orang yang datang. Kebanyakan saya lihat adalah remaja dan pasangan muda. Menempati rumah 2 lantai yang lantai bawahnya dipakai sebagai area jualan dan lantai atasnya untuk tempat tinggal. Lantai bawah bisa menampung 12 meja makan dengan 4kursi. Berarti kalo penuh sekali putaran bisa menampng 36 orang (misal dengan rata-rata 1 meja diisi 3 orang). Pemiliknya seorang warga keturunan Tionghoa yang sepertinya sangat menikmati bisnis ini, terlihat saat saya berkunjung sedang telaten mengajarkan anaknya melayani pesanan tamu. Tak salah Baso ini kualitasnya tetap terjaga.

Harganya mulai dari Rp6000(mie ayam polos)-Rp12.000(mie ayam pangsit-spesial). sambel-sambel pastinya gratis. Ada sambel acar cabe, Ada sambel lobak, dan sambel standar dari cabe merah kering. Sensasi lada terdahsyat saya rasakan saat mencoba sambel acar cabe. Hati-hati dengan sambal ini. satu sendok kecil saja bisa membuat mata menangis!
Ada lagi "asesoris" bakmi jalan C ini. Tongcai (wortel kering) yang lezat dan asin, bisa menjadi pengganti rempah-rempah seperti seledri. Oiya, ada satu hal yang membuat saya merekomendasikan tempat ini. Basonya sepertinya tak menggunakan msg, dengan rempah asli cina yang cukup sehat untuk kesehatan otak ...hehehe

Hal lain yang bisa menjadikan ciri khas mi bakso ini adalah rasa siomaynya yang aduhai...enak...rasa ikan nya keluar dan tak kalah dengan adonan siomaynya. skali telan tanpa dikunyah saja tetap berasa ikannya. Rekomendasi saya jatuh pada bakmi siomay ini.

Kalo mencari kelemahannya, mungkin hanya sedikit saja. Suasana yang lumayan rame itu tidak didukung oleh pernak-pernik interior yang bikin ruangan menjadi manis. Ya, ruangannya terlalu datar untuk bakmi dengan rasa semurni ini.Harusnya ada pot-pot kembang atau mungkin pernak-pernik informasi yang menjadikan tempatnya sedikit hangat.
Untuk rasa, saya rasa bakso ini sudah cukup matang untuk dijadikan ikon makanan lezat dari Kebon Jeruk. bravo baso jakarta!!!

Sepatu-sepatu Ajaib

Di tengah fasilitas yang serba modern di Guangzhou (Cina), masih banyak hal-hal bodoh yang dilakukan orang lokal. Gw bingung, apakah perkembangan kotanya terlalu cepat sehingga perilaku penduduknya belum bisa mengikuti perkembangan yang serba modern dan teratur itu? Konon kan tiap tahun di Cina, pasti selalu ada perubahan. Percepatan itu tidak disertai dengan percepatan 'behaviour' penduduknya. Ataukah, memang perilaku mereka sudah mendarah daging hingga tak mungkin diubah, bagaimana pun modernnya kota ini.

Suatu hari, gw pergi ke pusat grosir sepatu di Haizhu Guang Zhang. Sepanjang jalan utama hingga gang-gang kecil penuh dengan toko-toko sepatu buatan Cina. Modelnya lumayan up to date. Dari yang asli sampe yang contekan. Trus, di salah satu toko gw naksir nih sama salah satu sepatu kulit. Gw pengen banget beli. "Mbak, sepatu ini harganya berapa?" tanya gw (tentu dalam bahasa Mandarin laaa....plisss deee...).
"Kalo beli cuman sepasang harganya 265RMB," kata si mbak penjaga toko. Harap diketahui bahwa di toko itu ada 4 orang penjaga toko. Dan gw satu-satunya pembeli di toko itu.
"Bisa lebih murah gak, nih?"tanya gw sambil megang-megang sepatunya.
"Kalo lo suka, gw kasih 260RMB, deh," jawabnya.
"Modelnya sih gw suka, tapi gw gak tau enak dipake ato gak."
"Pasti enak dipake lah, itu kan kulit,"
"Ya udah gw coba dulu deh nomer 39. Kalo nyaman , pasti gw beli."
"Lo pastiin dulu mau beli gak?"
"Ya, lo kasih gw ukuran 39 dulu dong. Gw coba dulu, kalo enak ya gw beli. Kalo gak nyaman ya gak beli lah."
"Wah gak bisa gitu, lo kalo mo nyoba sepatunya mesti beli dulu. Soalnya gudang kita jauh."jawabnya dengan nada ngotot. Lah, emang gw pikiran gudang lo jauh ato deket. Yang gw mau adalah nyobain sepatunya dulu lah sebelum beli. Tul, gak?
"Lah, trus gw harus beli sebelum nyoba sepatunya gitu? Kalo gak enak dipake gimana?" gw jg ikutan ngotot.
"Pasti enak lah. Gak mungkin kulit gak nyaman. Kalo lo pasti beli, baru gw ambilin nomer 39." Lah bisa gitu ya! Di ujung berung juga orang beli sepatu mesti nyoba dulu. Kalo enak ya pasti beli lah. Gw mulai gemes dengan cara berpikir mereka. Eh..di tengah-tengah perdebatan kami, tiba-tiba seorang cewek ikut-ikutan, berlagak seperti pahlawan.
"Mbak, gini deh, gw bantuin lo nyobain sepatunya buat lo." kata si cewek yang lebih mungil daripada gw. Hah?! gw kaget. Nih orang bodoh atau goblok sih.
"Hah? lo mo bantuin gw nyobain? Emangnya bisa gitu? emangnya lo tuh gw gitu?"sahut gw dengan nada kesel dan gemes.
"Bisa aja. Gw bisa cobain. tar gw kasih tau lo, nyaman ato gak nyaman. Gak usah kawatir, gw bukan orang dalem, gw ini jg pembeli kayak lo," kata cewek itu tak bersalah. Cuplis! Berlagak mo jadi pahlawan tapi bodoh juga. Mana mungkin kan nyoba sepatu diwakilin ma orang? Emangnya kaki gw sama gitu sama kaki dia? Yang awalnya gw pengen banget beli sepatu itu, akirnya gw jadi il-fil dan gak pengen lagi beli sepatu. Gw keluar toko dengan mengumpat-umpat(persis seperti org lokal kalo lg marah-marah. Ups! Apakah gw sekarang udah sama kayak mereka ya? hmmm...).

Cerita lain adalah cerita dari temen gw. Temen gw ini baru jalan-jalan dari pulau Hainan di selatan Mainland Cina. Sepulang dari liburan, temen gw langsung ke rumah dan kita sarapan bareng. Dia cerita tentang kelakuan orang lokal yang disebutnya 'silly'. Temen gw duduk di first class dalam pesawat. Kemudian ada seorang ibu masuk ke first class. Lalu seorang pramugari menegurnya supaya ibu itu kembali ke kabin yang sesuai dengan tiketnya. Setelah cari tahu, ternyata ibu itu adalah penumpang economy class. Karena dia melihat di first class banyak kursi kosong, lalu ia seenaknya pindah ke tempat yang lebih nyaman.
Setelah pramugari mengingatkan ibu itu untuk kembali ke tempat duduk semula, ternyata si ibu itu kembali datang ke first class. Dan ada pramugari yang menegurnya lagi. Dan kejadian itu terus berlangsung, datang-ditegur-kembali ke belakang-datang lagi ke first class-ditegur-kembali ke belakang-dst.

Kejadian kayak gitu tak hanya terjadi di pesawat, lah wong di kereta aja orang bisa seenaknya duduk. Reputasi ini sudah lama melekat di dunia perkereta apian disini. Sekali gw beli tiket, walaopun sudah tertera nomer tempat duduk, tapi gw masih gak yakin apakah gw akan duduk di nomer yang tertulis ini atao tidak. Bisa jadi, kita akan terlempar hingga barisan kursi ke 4 atao lebih dari nomor kursi kita yang sebenarnya. Di Indonesia, mungkin saja kejadian ini terjadi. Tapi setidaknya, di Indonesia jika kita bepergian berpasangan atau berkelompok, kita masih bisa memesan tiket kereta dengan nomor berdampingan atau bersebelahan. Di Cina sini, jangan harap semudah itu. Nomer tempat duduk bukan jaminan kita mendapatkan nomer yang sama di dalam kereta. Masih untung gak kelempar ke gerbong sebelah hahaa...

Masih banyak lagi kejadian-kejadian silly yang terjadi disini. Mungkinkah perkembangan kota dapat diserati dengan perkembangan perilaku penduduknya yang lebih baik? Bagaimana caranya? Gw rasa semua berbalik ke diri kita sendiri. Mulai dari diri sendiri aja kali ya. Gw sih berharap ada 10.000 orang berpikiran demikian.
Seperti kata Bung Karno, "Saya hanya butuh 5 orang pandai untuk membangun negara dibanding 1000 orang bodoh." Hmm...which one i am part of, 5 or 1000?

BBQ di rumah





Disebabkan kerinduan makanan Indonesia, akhirnya gw ama suami bikin acara BBQ sendiri di rumah. Di Guangzhou, acara BBQ merupakan acara yang special. Biasa diadakan di lokasi outdoor(khusus BBQ-ing)dan umumnya BBQ dilakukan beramai-ramai. Bareng ama temen-temen atau keluarga. Pokoknya, BBQ-ing disini, bukan sesuatu yang biasa. Kebalikannya, bagi orang Indo, at least buat keluarga gw deh, BBQ bukan sesuatu yang special. Bikin ayam bakar gak harus ngumpulin orang se-erte. Cukup nyokap gw sendiri yang ngebumbuin, trus nyuruh pembokat bakarin di taman. Begitu jadi, siapin aja di meja makan buat lauk makan siang/malam. Mau cumi bakar juga tinggal pergi ke kantin belakang Plaza Senayan, udah deh. Gak spesial, gak aneh-aneh. Tapi acara gw ini, teuteup dipandang aneh bagi orang Cina disini.
Maju tak gentar! Kita tetep melangsungkan acara BBQ di rumah. Dah gak inget lagi waktu dan capek. Pokoknya pengen makan ayam bakar. Jadilah malam itu, jam 10 malem sodara-sodara!, kita belanja ke supermarket beli paha ayam, ikan kuning, jagung, ama terong. Sampe di rumah udah jam 11 kurang. Sementara gw meracik bumbu, suami merakit alat BBQ-nya.
Gak ada bumbu special buat bikin 'ayam bakar indonesia' ini. Gw cuman maen feeling doang: bawang merah,bawang putih,kemiri,margarin cair: gw blender jadi satu. Gw jg siapin kecap manis cap Bango 'asli dari Jakarta' neh. Bumbu dan siap, alat panggang jg dah siap, mulai deh gw bakar-bakar. Kita disini gak punya private garden. jadi kita pilih BBQ-ing di dapur dekat teras. Gw bisa manfaatin exhaust fan di atas kompor buat nyedot asap.
Karena di Guuangzhou gw gak nemuin minyak tanah kayak di Indo, jadinya kita inisiatip pake kertas koran aja. Logikanya, koran terbakar, arang pun membara. Prakteknya, JANGAN PERNAH BAKAR AYAM DENGAN KERTAS KORAN. Hahaha...so silly. Kertas yang terbakar membuat serpihan-serpihan abu yang 'ganggu banget'. Selagi dikipas-kipasin, abunya kertas beterbangan dan nempel di permukaan ayam. Yakkkss....makan ayam bakar plus koran. Kesibukan bakar ayam teralih menjadi sibuk menyingkirkan abu-abunya kertas.
Asap juga bikin kita terganggu.Gw ma suami kelekepan ama asap. Mata perih, tenggorokan gatal, hidung tersumbat (lho?! itu kan gejala influenza?) ehhehe...gak ding, kita cuman ngerasa mata perih dan susah napas doang :) . Daripada acara BBQ gagal total gara-gara asap, so secerdas Mc Gyver(bener gak spelling-nya?) gw langsung nyamber kacamata renang gw. Hehehe...berhasil! kita berdua berhasil menyelamatkan mata kita plus menyelamatkan acara BBQ kita. hihii....i never felt so clever like this before. Alakh....

Language Barrier


It's quite interesting when we are talking with 4 languages in 1 group of 5 persons. Ada pengalaman gw kedatangan temen gw. Dia asal dari Yanji,salah satu kota propinsi di Cina yang berbatasan langsung ama Korea Utara. She is Chinese but she talks in both languanges, Mandarin and Korean. (Mungkin daerah Cina yang berbatasan ama Rusia juga pake bahasa Rusia kali yak). Di daerahnya, orang-orang berbahasa Korea. Sementara Mandarin jadi bahasa kedua mereka. Di pasar pun, lebih banyak ditemukan makanan Korea dibanding makanan Cina. She came with her mom and her niece. Ibunya bisa sih bahasa Mandarin tapi katanya gak fasih.
So, we all ended up in my living room. Temen gw, sangat fasih bahasa Inggrisnya(sementara gw ama suami masih tertatih- tatih hahhahaa). So, kita bertiga ngobrolnya pake bahasa Inggris. Gw ama suami pake bahasa Mandarin buat ngobrol ama ibunya dan ponakannya. Sementara mereka sendiri berkomunikasi pake bahasa Korea. Those are 3!! Plus, 1 bahasa 'ibu' kita. Seru juga dalam 5 orang ngobrol pake 4 bahasa. Si ibu, berusaha berbahasa Cina dengan kita. Dia menceritakan sesuatu yang menarik. Kita pengen tahu lebih banyak tapi kita sendiri juga ribet mau nanya. Lah wong, mengerti ceritanya aja susah benerrr. Temen gw yang bantu terjemahin..Satu hal yang menarik dari ibu ini. Dia berasa dari keluarga seorang kepala agen rahasia Cina. Dan saat Jepang menyerang Cina, ayahnya menjadi korban penculikan oleh tentara Jepang.( hmm..i will tell you this story later coz this is out of my topic heheh).
Pengalaman lain, gw pernah satu kamar ama seorang ibu asal Jepang dan seorang wanita umur 30-an asal Cina. Si orang Jepang gak lancar bahasa Cina maupun Inggris. Si orang Cina gak bisa bahasa Inggris maupun Jepang. Dan gw, bisanya cuman bahasa Inggris tapi Cina dikit-dikit. So, three of us stucked in one room for 3 days. Bayangin aja gimana kita berkomunikasi. Bener-bener kocak abisss kalo gw inget inget. Si ibu Jepang berusaha banget ngomong pake bahsa Cina. Dan kocaknya, selama dia ngomong, dia sambil mencari-cari intonasi yang benar (karena bahasa Cina punya 4 intonasi kata yg berbeda, pun berbeda arti tiap nada..mampus..de). Jadi dia ngomongnya selalu gak komplit karena udah keburu ditebak ama yang orang Cina hehhehee... Mari bermain..TEBAK KATAA!! hehe..
Language is really a big problem for me recently. Sehari-hari gw terpaksa pake bahasa Mandarin ama temen-temen Cina gw. Secara struktur, bahasa Mandarin berbeda ama bahasa Inggris dan Indonesia. Kalo menurut gw, susunan kata dalam bahasa Cina tuh sebenernya simpel, sederhana, and lugas. Cuman dipersulit ama yang namanya intonasi, datar-meninggi-merendah-meliuk. Sementara bahasa Cantonese lebih ribet lagi dengan 9 (kalo gak salah itung) intonasi yang berbeda. Mampus kan gw!! Nah, dengan segala keribetan yang sebenernya sederhana, dan kesederhanaan yang sebenernya ribet itu, gw harus berpikir keras (!!) saat gw akan menyampaikan pesan yang ada di otak gw. Perlu beberapa detik (bahkan menit) untuk mengolah pesan yang ada di otak menjadi bahasa Mandarin YANG BISA DIMENGERTI. Ironisnya, sering kali bahasa Mandarin yang udah gw usahakan sejelas mungkin, tak jua dimengerti lawan bicara gw, KARENA INTONASI GW SALAH. huhhh...capeknya.
Another problem is with my English. Setidaknya gak seburuk bahasa Mandarin gw, tapi teuteup aja menyedihkan. Kalo ada temen-temen yang orang bule pade dateng neh, busyet, rasanya hampir gak pede buat ngomong ma mereka. Ternyata bahasa Inggris juga gak mudah. Seenggaknya gw mesti berpikir beberapa saat untuk ngucapin apa yang gw maksud. Masalahnya yang ini karena kosakata gw masih "20 halaman" kamus kale. Untungnya, temen gw bisa ngerti apa yang gw omongin walo strukturnya acak-acakan. hahakkakakaa...Jadi begitulah, Indonesia-Mandarin, Indonesia-Inggris,Mandarin-Inggris, berganti-gantian mengikuti situasinya.
Last but not least, i started complaining about my Bahasa. Gile, gw kadang-kadang lupa ama kata-kata bahasa Indonesia. Gw ngerasa bahasa Indonesia gw juga mengalami degradasi. Menjadi standar banget. Pernah suatu saat gw ngobrol ama suami, dan seketika itu juga gw lupa gw mesti ngomong apa karena gw gak bisa nemuin kata yang gw cari. Menyedihkan!!! Degradasi otak nih..