Tuesday, November 11, 2008

Suroboyoa-an

(Tips: Cerita ini mengambil lokasi di Surabaya. Jadi, saat membaca dialog, usahakan membacanya atau mengkhayalkannya dalam suara berlogat suroboyo-an kental,ya. Tersedia terjemahan bahasa Indonesia bagi yang tak mengerti bahasa Jawa)


Suatu hari Bunali jalan-jalan sore di gang komplek rumahnya. Sampai di depan rumah Kirun, Bunali berhenti melihat Kirun yang sedang menuangkan deterjen ke dalam baskom.

Bunali: " He, Run, lagek opo ko'en?" (Eh, Run 'gi ngapain luh?)
Kirun yang disapa, cuma menengok sebentar ke arah sumber suara lalu melanjutkan kegiatannya lagi. Kirun: " Aku arep umbah-umbah." (Gw mo nyuci neh)
Bunali:"Arep ngumbah opo awakmu sore-sore ngene, Run?" (Lo mo nyuci apaan sore-sore begini?)
Kirun:"Arep ngumbah kucingku." (Gw mo nyuci kucing gw)
Bunali sontak tertawa:"Wuahaha..gendeng ko'en arep ngumbah kucing. Kucing mbok umbah rinso yo mati, Run!" (Gila lu ye nyuci kucing. Kucing lu cuci pake rinso ya mati,Run)
Kirun yang diketawain keukeuh sumekeuh dengan apa yang dia lakukan "Gak, kok. Tonggoku ngumbah kucinge gak mati, kok!" (Kaga kok. Tetangga gw nyuci kucingnya kaga mati tuh)
Bunali:"Wis karepmu,Run. Titenono mengko lak mati kucingmu." (Terserah dah. Lu liat aja ntar kucing lu mati). Bunali trus melengos dan pergi meninggalkan Kirun yang masih sibuk mengisi air di baskom.

Keesokan harinya, Bunali penasaran dengan kejadian kemarin sore itu. Ia pun pergi mendatangi rumah Kirun dan mendapati Kirun sedang menggali tanah di taman depan rumahnya.

Bunali:"Run, piye kucingmu? Slamet tah?" (Run, pegimane kucing lu? Selamet kaga?)
Kirun:"Kucingku mati, Bun." (Kucing gw mati, Bun) sambil terus menggali tanah dengan sekop hijau. Ternyata Kirun mau bikin lubang untuk mengubur jasad kucingnya.
Bunali:"Marakno tah..wis tak kandani kucingmu mbok umbah rinso yo mati." (mangkanye...apa gw bilang, kucing lu cuci rinso ya mati)
Kirun:"Dhudhuk rinso sing mbarakno mati, Bun." (Bukan rinso yang bikin doi mati, Bun)
Bunali:"Lah opo sing mbarakno mati lho?" (Lah, apaan dong penyebabnye)
Kirun;"Kucingku mati mergo tak peres!" (Kucing gw mati karena gw peres)

Saturday, November 8, 2008

Yes We Can !


Tanggal 4 November 2008 menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh warga Amerika. Walaupun gw bukan bagian dari mereka, tapi gw juga jadi ikutan penasaran. Setelah masa penantian dan kampanye yang panjang, akhirnya kandidat partai Demokrat, Barack Obama, terpilih menjadi Presiden Amerika yang ke-44. Terpilihnya Obama sebagai presiden ini menjadikannya orang kulit hitam pertama yang memimpin Negeri Paman Sam. Obama berhasil menaklukan lawan politiknya John McCain dari Republik dengan skor 349 - 147. Seandainya saja dunia boleh ikut memilih. Skor Obama pasti akan sangat jauh meninggalkan McCain.
Eforia publik menyambut pidato kemenangan Obama sungguh luar biasa. Menurut sebuah situs, kerumunan warga Amerika yang membanjiri Chicago's Grant Park mencapai seperempat juta orang. Kulit putih, kulit hitam, tua-muda, gay-non gay, keturunan Asia, Latin, Hispanik, dan warga asli Amerika tumpah ruah merayakan perubahan besar itu. Sejarah baru bagi Amerika. YES WE CAN! Itulah slogan yang selalu dikumandangkan disela-sela pidato kemenangan Obama.
Kemenangan Obama ini pun ikut disyukuri oleh beberapa negara selain Amerika, antara lain Kenya, Jepang, Hong Kong, dan Jakarta. Bukan main ya efeknya sampai mendunia. Bagi Jakarta, terpilihnya Obama menjadi Presiden US menjadi kebanggan tersendiri karena seperti kita tahu ia sempat menghabiskan masa kecilnya di Menteng. Bahkan sekolah tempat Obama menuntut ilmu selama 2 tahun pun ikut heboh. Wah..wah..
Kapan ya Indonesia memiliki seorang pemimpin kharismatik dan intelek seperti Obama? Yang berkampanye dari nol, dari bukan siapa-siapa. Memulai pergerakannya dari sebuah ruang tamu kemudian berkampanye di teras dan halaman rumah. Dana yang didapat berawal dari sumbangan-sumbangan pribadi sebesar 10$, 20$, hingga akhirnya berjuta-juta dolar mengalir ke dalam dana kampanyenya dan pendukung yang memadati lapangan baseball saat kampanye Obama layaknya sebuah konser musik. Perjalanan menuju Gedung Putih juga tak mudah baginya. Ia harus bersaing ketat dengan lawan seniornya, Hillary Clinton. Berbeda dengan kubu Republik, yang saat itu lawan-lawan McCain mengundurkan diri membiarkan McCain maju bagi partainya, Obama harus berjuang terlebih dahulu mempertahankan idealisme dan strateginya. Terus berjuang dan tetap gigih, itulah yang terlihat dalam diri Obama. YES WE CAN!


Semoga kepemimpinan Obama nanti membawa perubahan yang lebih baik bagi Amerika dan tentu saja bagi dunia. Menjadikan Amerika negara yang lebih tepo seliro, tidak arogan, dan lebih bersahabat (terutama bagi warga Indonesia yang mau ke Amerika). Semoga juga krisis ekonomi segera teratasi karena yang krisis Amerika yang kena efeknya kita-kita juga tho.