Wednesday, August 6, 2008

Skak!


Suatu hari di toko Indonesia di Hong Kong. Seorang wanita setengah baya, rambut dikuncir ekor kuda, berkulit sawo matang, berwajah tipikal wanita Jawa Timur/Tengah, berpakaian layaknya ibu-ibu seumurannya. Pake rok berlipit sederhana warna coklat muda dan kaos ukuran L warna putih dengan gambar pemandangan di dadanya.


Di rak bagian paling belakang toko itu, ia mencari-cari permen asem. Ditelusurinya rak paling atas hingga ke tengah. Dan, Aha! Ia menemukan. Sebungkus plastik permen asem warna coklat bertabur gula putih.
Tapi wajahnya seketika berkerut, "Om, kok permen asemnya cuma ini?". Berteriak ke pemilik toko yang dipanggilnya'Om'. Si Om yang diteriakinya tak menggubris.
Lalu ia kembali menelusuri, kotak-kotak permen asem di rak tengah. Ia mengambil sekotak kuning permen asem berlabel 'Tamarina'. Saat ia mengamati kotak kuning itu, aku lewat disamping wanita itu. Aku memang mau ke rak sebelahnya.


"Permen asemku udah gak ada sekarang. Adanya yang beginian," katanya. Kaget juga aku saat seketika ia membalikkan badannya ke arahku. Tak disangka tak dinyana, tak mengharapkan ada perbincangan muncul, kok dia langsung mengajak aku ngobrol. Terpaksalah aku berhenti tepat di samping kirinya, pasang muka ramah, dan siap mendengarkan. Sambil memegang-megang kotak kuning berlabel Tamarina, ia meneruskan kalimatnya.


"Tapi gak papa juga sih aku beli permen asem ini. Ini enak juga, kok. Beda sama yang lain."

"Ohya? Emang apa bedanya? Permen asem kan sama enaknya." tanyaku basa basi. Cuma ingin lebih sopan, tak ingin dianggap sombong sesama bangsa sendiri di negeri orang.

"Beda, dong. Yang ini kan dari te kok ,ma..." nadanya ma yang panjang datar, selalu dipakai orang Hong Kong (atau imigran yang sudah lama tinggal di Hong Kong dan terbiasa menggunakan logat setempat) untuk menyatakan penegasan atau penekanan kalimat. Ma ini ditambahkan pada akhir kalimat, seperti dalam bahasa Indonesia -kan-. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih begini, "Lah kan dari te kok."

Berlanjut.


"Hah? Te kok? Apaan tuw te kok saya gak ngerti?" tanyaku dengan muka blo'on. Karena kata ini asing banget buatku. Istilah apa pula ini?

"Itu lho, negara Thailand...te kok...Thailand."

"Oh...thai guo..."

"Haiya...!"

Skak! Mampus!...Mate gw diterjang haiya...


(ternyata, te kok itu bahasa kantonisnya Thailand. Sementara yang biasa aku tahu adalah istilah Mandarinnya thai guo. Terdengar lebih mendayu-dayu , ma...hehe)

1 comment:

dewi sajja said...

te kok... kalo di negara kita tempat air minum ya.. haiyaaa!
hehe gue suka baca tulisanmu nis. seger dan enak banget ngalirnya. salam kangeeeeeennnnnnnn dari Jakarta....

dewi sajja