Friday, March 20, 2009

Size Does Matter


Kemarin habis dari HCL gue iseng-iseng mampir ke sebuah toko baju wholesale. Tokonya gak terlalu besar sih. Di bagian depan dan samping tokonya ada beberapa kotak kardus berisi gunungan baju-baju dari harga $5-$15. Bagian dalam toko memajang baju-baju yang lebih mahal. Interiornya gak diolah sama sekali, lebih mirip gudang baju.


Begitu masuk ke dalam, gue langsung tertarik sama koleksi rok-roknya. Gue telusuri satu per satu jajaran rok yang tergantung dipajangan di bagian tengah toko. Terus gue nemu ada 1 rok bermotif sulur marun-hitam. Lucu juga nih.
Gue ambil trus gue berdiri depan cermin disamping gw sambil membayangkan bagus enggaknya kalau gue pake.


“Is that for you?” sapa seorang pramuniaganya. Gue yang disapa sempat celingukan, kan belum tentu gue yang diajak ngomong. Begitu memastikan bahwa gue lawan bicaranya barulah gue jawab, “Yes, it’s for me.” Sambil tetap berdiri di depan cermin megangin rok bermotif sulur marun-hitam.


“That’s not your size” kata si pramuniaga.


“Yeah, I know” jawab gue males.
Melihat gue keukeuh megangin rok sambil mematut-matut di depan cermin mungkin si pramuniaga mikir gue gak ngerti omongannya.


“That is not your size!” Kalimat yang sama diulang dengan nada meninggi.



Gue balik badan, balikin roknya ke pajangan, bukan karena nada si pramuniaga yang meninggi, juga bukan karena ukuran rok itu gak cocok buat gue, tapi emang gue mau balikin aja. Emang roknya ternyata gak cocok buat gue karena terlalu rame coraknya dan terlalu girly.
Gue lanjutin acara memilih-milih roknya dan gue nemu model yang lain. Kembali gue ulangi aktifitas gue di depan cermin.


“That’s also not your size. We have size for you” si pramuniaga tadi nyamber lagi.


“I know…I just want to imagine this skirt ....on me” jawab gue mulai terganggu.


“This mirror is too small. Over there is longer mirror” sambil nunjuk ke belakang diagonal gue. Just so you know, this mirror in front of me doesn’t bother me at all. I don’t need longer mirror just to imagine the skirt.


Akhirnya gue balikin roknya ke tempat semula. Karena masih pengen liat-liat, jadilah gue sedikit bergeser ke tengah mendekati cermin panjang yang dimaksud pramuniaga itu, sambil terus memilah-milah rok di pajangan yang lain.


Eits! Ada yang lucu lagi nih. Begitu gue ambil… “Yes, that’s your size.” Buset deh, si pramuniaga ternyata melototin gerak-gerik gue mulu yah. Tapi gue cuekin. Gue langsung putar badan menghadap ke cermin sambil menempelkan roknya di pinggang gue.


“See… this mirror is longer than the last one.” Hadoh, ni cewek doyan banget komentar yah. She just can’t leave me alone!


Tarik napas panjang, berusaha tak terusik dengan komentar-komentarnya, tetap kalem…
“How much is this?” tanya gw sambil menyodorkan rok yang tadi gue coba.


“$180..” katanya


“Any discount?”


“Is this your first time coming here?”


“Yes..” Apa hubungannya pertama kali datang ke tokonya sama minta diskon?


“Well, this is a wholesale shop, Missy. No bargain.” jawabnya mulai sewot kelihatan dari mukanya .


“So, no discount for this skirt, huh?” namanya juga pembeli, usaha boleh dongggg.


“No discount for everything in this shop!” nadanya meninggi, mulutnya manyun, matanya ngeliatin gue dari atas sampe bawah. Kalau di komik, gambar si cewek ini pasti bergaris-garis compang-camping seperti dicakar.


Kenapa jadi marah? Namanya juga pembeli. Dan gue nawar juga lihat-lihat kondisi toko. Dengan kondisi toko seperti ini dan barang jualan yang begini, ya jelas aja gue tergerak untuk nawar dong. Maap maap aje ye..naluriah kok. Kalau gak ada diskon ya jawab aja nyante ’no discount, sorry’ kan beres gak pake menyandang senjata atau mengasah pisau segala kan. Ya udah, gue gak mau ba-bi-bu basa basi sok sok nawar atau apalah ke si pramuniaga ini. Gue balikin aja bajunya ke tempat semula.


Tapi gue gak berhenti disitu, gue teuteup nyari-nyari blus di pajangan samping cermin. Eh, sedang milah-milah T-shirt…tiba-tiba…
Pramuniaga: “Those all…not your size!”
Gue: Arrggghhhhhh…..$#^%$$$@%*^^$$.....sambil berlalu meninggalkan toko.
(Pernah dengar istilah “Pembeli Adalah Raja” gak, sih? Pernah belajar sopan santun gak sih?)

2 comments:

Ngayum said...

hahaha... sama banget kita nis, gw juga nggak suka kalo belanja digangguin..

"permisi mbak, ada yang bisa saya bantu?" >> belom.. *sambil nyengir*

si anis said...

iya rese emang rum...kalo bukan size-nya emangnya gak boleh liat2 modelnya dulu yah? gregetan gw